MENJADI MAHLUK MULIA: REFLEKSI HALAL BIL HALAL KAHMI SULTENG

PENULIS : H. Sofyan Farid Lembah (Angkatan XV Cabang Palu)

KANALKATA.COM – Kue Burongko khas berbahan buah pisang yang kaya karbohidrat, serat, kalium, viramin B6, dan magnesium amat sangat digemari masyarakat. Tak ayal dalam perhelatan halal nil halal KAHMI 1446 H kali ini terhidang dan ludes digarap tetamu karena lezatnya.

Ibarat kue Burongko, organisasi para alumni HMI ini laris manis dalam pengabdian di Masyarakat dan Negara. Dari berbagai latar belakang para alumni tanpa menyombongkan diri hadir memenuhi undangan pengurus Majelis Wilayah Sulawesi Tengah untuk berhalal bil halal sesama kader, bahkan salah seorang pengurus Majelis Nasional KAHMI ikut hadir dan memberi sambutan sambil bercerita tentang hebatnya pelukis bergaya “HMI” hingga selamat dari eksekusi mati Sang Raja. Farid Djafar Nasar memang.

Suasana malam penuh hikmat sejak awal diantar oleh Prof. Hamlan lewat sajian budi pekerti tentang makna Halal bil Halal sebenarnya dimana insan cendikia lebih mengedepankan memaafkan daripada meminta maaf. Maqomnya jauh lebih tinggi.

Itulah makna ke muliaan yang menjadi thematik halal bil halal kali ini.

Dari do’a kak Mansur Baadi hingga sambutan pembuka Ketua Harian Majelis Wilayah Sulawesi Tengah bung Muh. Tavip seolah ketemu buku bambu dengan penjelasan hikmah sang profesor tentang manusia Mulia. Semuanya seirama dan senada sesuai cita rasa Burongko yang manis lembut mengunci lidah seluruh undangan yang sering terbiasa meledak-ledak bila ada pertemuan apalagi dalam diskusi- diskusi. Kali ini semua dalam satu gelombang, Mengejar Manusia Mulia Sesungguhnya.

Entah apakah ada pengaruh dari puisi bung Arifin Sunusi yang kali ini juga tidak meledak-ledak atau pantun pakar retorika Nur Sangaji yang kali ini singkat tapi masuk dalam relung hati yang dalam. Klop.

Senyum dan tawa riang malam halal bil halal kali ini memang berbeda. Terlebih ketika senyum bahagia anak muda Azhar Dg Mawasa dan Bung Eko Jokolelono beserta kak Inun, kak Rostiati dan kak Nisbah dan seluruh undangan yang hadir menutup acara ini lewat foto bersama. Suatu hari, dokumentasi ini akan berbicara kepada seluruh kader tentang bagaimana bahagianya berHMI. Tak perlu bung Sattar dan Nur Sihaka berbusa- busa disetiap training menjelaskan bagaimana manusia mulia itu. Cukup dengan memperhatikan wajah bahagia satu persatu yang ada dalam foto bersama itu karena mereka sesungguhnya sudah saling memaafkan satu sama lainnya.

Bahkan kepada dunia sekalipun, PINTU MAAF SUDAH TERBUKA LEBAR. Ibarat daun pisang pembungkus Burongko sudah terbuka lebar dan isinya sudah kosong tak tersisa. Tak ada lagi kesalahan, marah apalagi dendam. Ikhlas memaafkan mengantar esok pagi yang dimulainya perjuangan hidup baru.

Taqaballahu minna wa minkum.

Wabillahit taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum war.wab.

Palu, 21 Syawal 1446 H.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kanalkata.com